Alat Test Intelegensi...Benarkah Akurat ???.....

Kurang lebih saya mengamati beberapa sekolah SD selama setahun ini, terutama pada saat penerimaan sekolah baru . Tidak sedikit orangtua menginginkan anaknya masuk pada sekolah unggulan yang bisa di lihat kualitas dan kemampuan anak . tetapi..tidak mudah juga seorang anak untuk masuk kesekolah unggulan tersebut, karena banyak sekali rintangan yang perlu di hadapi, yaitu salah satunya intelegensi anak. Saya pernah menemukan sekolah unggulan yang hanya menerima anak dengan nilai IQ yang cukup tinggi dengan minimal nilai IQ 130 . wow...cukup fantastic bagi saya dengan nilai setinggi itu... mungkin anak yang tahu mengenai pengukuran test itu, bisa ogah-ogahan untuk menjalani test tersebut .
Oke...disini saya ingin sedikit mengemukakan informasi yang baru saya saring dari berbagai sudut pandang teori dan di kombain dengan kenyataan yang ada di masyarakat mengenai alat test intelegensi ini .
Bagi seorang yang duduk di fakultas psikologi khususnya, pasti mengenal alat test ini . Salah satunya hasil penemuan dari Alfred Binet (seorang pakar psikologi dari Perancis). Beliau mengembangkan sebuah percobaan pada anak yang membutuhkan perbaikan dalan hal pendidikan, kalau tidak salah baca itu terjadi pada abad ke 20 yach hehehe...
Lalu... dikembangkan kembali oleh Lewis Terman yang menempuh pendidikan di Universitas Stanford. Beliau mencoba untuk mempertimbangkan kembali mengenai norma populasi sampai alat test tersebut dapat dikenal dengan nama ”Standford-Binet”. Tetapi bapak Lewis tidak hanya berhenti disitu saja, melainkan mencoba untuk menggabungkan kembali pandangan psikolog William Stern mengenai angka kecerdasan intelegensi yaitu dengan usia mental seseorang. Yaitu dengan melakukan pengujian kecerdasan dengan dibagi usia kronologis seseorang dan hasilnya di baginya dikalikan kembali 100. tetapi anehnya.... test integensi ini telah menjadi ukuran standar kecerdasan walaupun terdapat perdebatan yang tak hentinya sampai saat ini.
Ada yang mengatakan bahwa ada keraguan pada test intelegensi cukup layak untuk mengukur serta meramalkan kinerja dan prestasi anak di sekolah, karena tes integensi hanya mengukur kemampuan orang mengerjakan dengan baik pada saat pengujian. Sebenarnya test intelegensi dapat mengukur kemampuan individu dengan soal linguistik, logis matematis dan beberapa tugas visual dan spasial.
Masukan bagi saya saat membaca rangkaian tulisan dari ibu Jana yaitu pada barisan pertanyaan seorang guru besar pendidikan Universitas di Harvard yaitu Prof Howard Gardner. Beliau bertanya ”bagaimana Bagaimana cara makhluk Mars yang mendarat di bumi mengetahui kecerdasan spesies manusia? Akankah dia berusaha untuk mengetahui IQ setiap manusia? Atau akankah dia tertarik pada manusia-manusia yang hebat sekali dalam bidang-bidang tertentu, misalnya grandmaster catur, dirijen orkestra, atau atlet renang juara dunia? ” Orang-orang menonjol ini tak diragukan lagi, dianggap sebagai orang-orang yang sangat cerdas. Lalu mnegapa metode yang digunakan untuk mengukur kecerdasan sering tidak berhasil mengidentifikasi mereka? Kenapa orang-orang dengan IQ di atas 140 bekerja pada orang dengan IQ 100?
lalu bapak Gardner mengemukakan teori barunya yang biasa disebut dengan teori multi kecerdasan. Beliau mengatakan, bahwa test intelegensi tidak dapat dianggap sebagai gambaran yang mutlak, sehingga sangat keliru jika seseorang yang menganggap test intelegensi adalah suatu identitas tunggal yang bisa diukur dengan tes menggunakan pensil dan kertas saja.
Suatu hal yang perlu direnungi bagi tiap insan yaitu bukanlah seberapa cerdas kah seseorang itu melainkan, bagaimana seseorang bisa menjadi cerdas dan lebih cerdas lagi. Kecerdasan sangat bervariatif tergantung konteks. Seperti halnya jika anda seorang pegawai kantoran yang sedang mengisi libur anda dengan mendaki, lalu anda kehabisan bahan makanan dan minuman, mungkin jka anda bertemu dengan pendaki ditengah jalan, anda akan diberitahu bagaimana agar dapat bertahan hingga sampai tujuan, dengan begitu para pendaki tersebut menjadi orang yang cerdas karena telah mengetahui dan memahami seluk beluk perjalanan tersebut. Dan bagaimana jika anda bertemu tukang kebun dan mengajaknya ke kantor anda dengan ruangan yang serba canggih dan anda memintanya mengerjakan pembukuan kantor anda, sehingga posisi tersebut akan berbeda hasilnya.
manusia hidup di dunia bukan hanya untuk bersenang-senang ataupun memuaskan diri semata, melainkan manusia hidup didunia untuk menjalankan tugas-tugasnya yang beragam jenis permasalahan dengan adanya kisah akhir yang penuh dengan hikmah dan nikmat yang perlu disyukuri oleh setiap umat-Nya.
Permasalahan yang dihadapi bisa kita selesaikan hal layaknya seorang pemain catur yang sedang melawan saingannya yang penuh dengan kehandalan strategi yang dimilikinya. Tetapi kita coba hadapi dengan tenang dalam melangkah sebagai antisipasinya dan berjalan penuh dengan kepastian dan menciptakan sebuah goal dengan adanya sebuah hasil karya yang tak lupa mengarah pada suatu teori ilmiah dan kenyataan yang berada di masyarakat.
Begitupun dengan bapak Gardner yang mencoba mengembangkan kembali teorinya dengan merangkum dari beragam gagasan yang telah siap saji yang dijabarkan dari neurobiologi yang di lengkapi dengan berbagai bidang psikologim filsafat, antropologi, sejarah dan sebagainya. Sehingga beliaupun mencoba menganalisis mengenai anak jenius, cedera otak, anak normal dan beragam lainnya.
Dan sampai saat ini beliau telah mengenalkan karyanya dalam bentuk sebuah buku yang berjudul Frames of Mind, dimana menawarkan sebuah penglihatan dan cara pandang alternatif terhadap kompetensi intelektual manusia. Dan secara garis besar tertuju pada 8 macam kecerdasan.
Ok teman blogger.... dengan informasi diatas, mungkin timbul sebuah gagasan dan pertanyaan yang terlintas di benak kalian...dengan pengutip pertanyaan ibu Jana ” Apakah hasil tes IQ merupakan indikator yang baik bagi kebahagiaan, keberhasilan ekonomi, keberhasilan dalam hubungan antar manusia, atau sukses dalam kehidupan?”
Yaitu jawabannya sama sekali tidak..... karena dunia semakin berkembang dan semakin modern dalam suatu hal apapun sehingga kemampuan linguistik dan logis matematis sangatlah penting bagi kita semua. Sehingga dengan begitu kita harus menggunakan seluruh kekuatan otak yang sudah kita miliki sampai saat ini
Salam Kreasi Anak

3 komentar:



jana mengatakan...

mba vivi, saya kagum dengan anda. anda sudah memberikan hati anda untuk anak2 dan anda tidak begitu pelit terhadap informasi yang anda miliki. dan terimakasih pertanyaan saya sudah dijawab juga.sukses untuk mba vivi.kami menunggu kedatangan anda kembali bersama kami disini.salam kreasi mba vivi.saya akan selalu menghubungi anda jika ada yang perlu saya tanyakan

vie my self mengatakan...

jana : terimakasih bu..begitupun sebaliknya anda begitu peduli terhadap anak2. memang kita sebagai orangtua perlu memperjuangkan perkembangan anak dan melihat masa2 anak itu sampai tahapan apa dan mana. itulah yang perlu kita ketahui bu ^_^. ok sama2, maaf jawaban dari saya hanya sekilas saja dan saya harap anda mengerti maksud dari jawaban pertanyaan anda. salam kreasi anak juga bu ^_^
saya tunggu tlp dari anda selalu bu ^_^

anisa mengatakan...

artikelna mba vi bisa jadi bahan referensi disekolah SD saudara aq.sekolahna menerapkan pengujian tes IQ sebelum diterima di sekolah tsb.kalau aq perhatiin juga anak yang IQ diatas kadang gak kreatif dan sukana baca buku saja tanpa praktek dan aq perhatiin banyak yang sombong anakna karena merasa lebih pintar.thanks mba vi artikelna membantu

Posting Komentar